marquee

DON'T BE A SHEEP IN A WORLD FULL OF WOLVES

Sabtu, 11 Maret 2017

Pahlawan Riau yang Terlupakan

Para Pahlawan Melayu Riau yang Terlupakan  
Tokoh pahlawan Melayu Riau sebenarnya ada banyak. Khusus untuk yang mendapatkan gelar pahlawan nasional sendiri ada dua, yakni Sultan Syarif Qasim II yang berasal dari Siak Sri Indrapura dan Tuanku Tambusai yang berasal dari Rokan Hulu.

Adapun saat ini banyak dari kita yang melupakan para pahlawan Melayu Riau yang tak kalah heroiknya dibandingkan Sultan Syarif Qasim II dan Tuanku Tambusai.
Mereka adalah Hang Tuah, Tengku Sulung dari Reteh, Indragiri Hilir, Raja Ali Haji ‘Gurindam 12’ dari Kepulauan Riau, Raja Haji Fisabilillah dari Dabo, Singkep, Lingga, Datuk Tabano dari Kampar dan masih banyak lagi.
HANG TUAH

Hang Tuah adalah seseorang pahlawan serta tokoh legendaris Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Malaka abad ke-15. Ia dikenal sebagai seorang pelaut miskin dengan pangkat laksamana dan juga petarung yang hebat, baik di laut maupun di daratan.
Hang Tuah bersama dengan rekan seperjuangan, Hang Jebat, Hang Nadim, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu berhasil membunuh para bandit dan dua orang yang berjaya menghancurkan desa dengan amarahnya.
Karena kehebatannya tersebut, Bendahara (Perdana Menteri, red) dari Melaka mengambil mereka berempat untuk bekerja di istana.
Hang Tuah juga terkenal karena berhasil membunuh Taming Sari, seorang jawara yang jago berkelahi, kebal senjata dan dapat menghilang. Ia berasal dari pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Setelah membunuh Taming Sari, lalu Hang Tuah mengambil kerisnya dan diberi nama Taming Sari. Keris tersebut diceritakan dapat membuat pemiliknya memiliki kesaktian menjadi hilang.
TENGKU SULUNG

Merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang melawanan kolonial Belanda di daerah Reteh, Sungai Batang. Ia diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau.
Sejak Kecil, dididik dengan ajaran Islam yang ketat. Karena itu membuatnya tidak suka dengan Belanda dan tidak mau bekerjasama dengan Belanda dalam bentuk apapun.
Tengku Sulung menjadi Panglima Besar Reteh setelah Sultan Muhammad, Sultan Lingga yang berkuasa di Reteh. Kemudian ia membangun Benteng yang kelak ditandai dengan adanya Desa Benteng, Sungai Batang, Indragiri Hilir di Hulu Sungai Batang.
Benteng tersebut menjadi pertahanan Tengku Sulung bersama pasukannya dalam melawan Belanda. Akhirnya perjuangan Tengku Sulung dan pasukannya berhenti setelah Belanda membawa Haji Muhammad Thaha, juru tulis Tengku Sulung yang telah ditangkap Belanda di Kotabaru.
Ia diultimatum oleh Residen Belanda agar menyerah kepada Komandan Ekspedisi. Pada penyerangan 7 November 1858 yang banyak menewaskan rakyat Reteh, Tengku Sulung juga ikut tertembak di leher oleh pasukan Belanda.
RAJA HAJI FISABILILLAH

Raja Haji Fisabilillah dikenal sebagai salah satu tokoh pahlawan yang diabadikan menjadi nama bandar udara di Tanjung Pinang, yakni Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Ia lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, pada tahun 1725 dan wafat di Ketapang, 18 Juni 1784. Beliau dimakamkan di Pulau Penyengat, Indera Sakti, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Selain melawan pemerintahan Belanda, Raja Haji Fisabilillah juga berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama. Ia dijuluki sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) di Jambi, karena keberaniannya.
RAJA ALI HAJI
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau yang lebih dikenal dengan nama penanya, yakni Raja Ali Haji, merupakan seorang ulama, sejarawan, dan pujangga abad ke-19 keturunan Bugis dan Melayu.
Raja Ali Haji lahir di Selangor, Malaysia, tahun 1808 dan meninggal di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, tahun 1873. Ia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga.
Raja Ali Haji dikenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa yang menjadi standar bahasa Melayu. Kemudian standar bahasa Melayu itulah yang ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia, dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928.
Adapun mahakaryanya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Selain itu, Kitab Pengetahuan Bahasa, Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama, merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara.
Syair Siti Shianah, Suluh Pegawai, Hukum Nikah, dan Sultan Abdul Muluk, Tuhfat al-Nafis (“Bingkisan Berharga” tentang sejarah Melayu), Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik), merupakan hasil karyanya.
Atas hasil-hasil karyanya tersebut, Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Tak hanya aktif menulis, ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan.
Pada 5 November 2004 yang lalu, Raja Ali Haji ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi pahlawan nasional.
DATUK TABANO
Datuk Tabano adalah tokoh pejuang dari Kampar, yang nama kecilnya Gandulo. Ia dilahirkan tahun 1869 di kampung Uwai di Kenegrian daerah Limo Koto Kampar.
Beliau menjadi Dubalang dari Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano oleh Ninik Mamak suku Melayu Datuk Tua, hasil kesepakatan kaum persukuan Kampar.
Datuk Tabano memegang kekuasaan pada saat negeri sedang carut marut, dengan pusat pertahanan berada di tepi sungai Kampar, Batu Dinding Rantau Berangin. Sedangkan pelocuan tonggak di daerah pulau Ompek Kuok.
Berbekal ilmu kebal diri, ia mampu mempertahankan Limo Koto dari serbuan Belanda yang datang dari hulu.
Pada pertengahan tahun 1895, terjadi perang antara Belanda dengan rakyat Limo Koto. Perahu pasukan Belanda tenggelam setelah dihajar pasukan Tabano, saat memasuki kandang perairan.

2 komentar: